Senin, 03 Desember 2012

MENGHADAPI DIKTATOR


MENGHADAPI DIKTATOR
Kali ini kisah mengenai Nasruddin pada saat harus menghadapi penguasa tiram yang kejam.Ketika timurleng menaklukan Anatolia, ia mendengar tentang seorang laki-laki yang bernama Nasruddin yang hidup di Akshehir. Timurleng pergi ke akshehir, berkemah disitu dan kemudian mengirimkan satu peleton serdadu untuk menjemput Nasruddin ke kemahnya.
“ Mari , Nasruddin, “ kata salah seorang serdadu itu. “  sang maharaja menunggu kamu, kamu ikut lah sekarang . “ Nasruddin berfikir bahwa karena maharaja itu suka membunuh siapa saja yang ditemuinya, maka tidak ada gunanya tergesa-gesa memenuhi undangan tersebut.
ketika timurleng menyadari nasruddin tidak mau segera datang, ia pun mengirim satu peleton serdadu lagi untuk mengundang nasruddin. tetapi nasruddin berkata kepada mereka , “ baiklah aku akan segera datang .“
Namun setelah itu nasruddin tidak juga datang ketendanya. Timurleng menjadi tidak sabar. Ia memerintahkan agar kudanya segera disiapkan.  Ia segera melompat ke kuda itu dan lansung melesat kerumah nasruddin di pinggiran kota akshehir.
Di desa itu para petani mengerumuni timurleng, dan beberapa orang diantara mereka yang berada di sekitar rumah nasruddin berteriak. “ Nasruddin cepat-cepat kau !!!!!!! “
nasruddin pun mengenakan jubah dan serbannya yang besar dan berjalan mendekati timurleng. Mereka bertemu disebuah jalan sempit dan kuda yang di naiki timurleng begitu takut melihat tampang nasruddin sehingga hewan itu melompat tinggi – tinggi dan maharaja pun terpental dari punggungnya.
timurleng menjadi marah sehingga ia memerintahkan serdadu-serdadunya untuk menangkap nasruddin dan menggantungnya.  Setelah ia ditangkap oleh para serdadu itu, nasruddin bertanya kepada mereka,    kemana kalian ini akan membawa aku ? “
 “ untuk di gantung ! “ jawab mereka.
“ coba kalian tanyakan kepada si kurang ajar itu “ kata nasruddin . “ aku ingin tahu kenapa aku mesti  digantung ?  apa salahku ? “
para serdadu itupun pergi menemui timurleng dan menyampaikan apa yang tadi dikatakan nasruddin .mendengar itu timurleng berkata , “ bawa dia kemari .”
nasruddin pun di bawa kehadapan timurleng, dan berkatalah ia kepada sang maharaja, “ apa gerangan salah saya, sehingga saya mesti digantung ? “
“ kamu telah membawa nasib buruk bagiku”  kata timurleng.
“ siapa yang menyebabkan nasib buruk itu, saya atau baginda .??? “ Tanya nasruddin . timurleng terdiam, tak disangka ada seorang penduduk yang begitu beraninya berkata seperti itu kepadanya .
“ bagindalah yang membawa nasib buruk bagi saya , sebab saya ini akan digantung. Apabila saya yang membawa nasib  buruk itu, tentunya baginda tadi jatuh dari kuda, pecah kepalanya dan mati. dan berdasarkan itu tentu ada alasan untuk menggantung saya . “
mendengar itu timurleng berpendapat bahwa alasan nasruddin bisa di terima dan ia pun memutuskan untuk memanfaatkannya. Tetapi ia mengatakan bahwa ia ingin sekali menanyakan sesuatu kepada nasruddin. “ coba bilang aku ini seorang tiran atau seorang yang terpelajar ??” bertanya ia kepada nasruddin . “ yang mulia, “ jawab nasruddin yang segera tanggap bahwa ia akan dijebak.
“ baginda bukan tiran dan bukan juga seorang yang terpelajar, kami ini semualah tiran-tiran yang kejam sehingga tuhan telah mengutus baginda untuk menghukum kami . “
sekali lagi timurleng merasa sangat senang mendengar jawaban cerdas nasruddin itu dan karenannya ia berkata “ baiklah, kalau begitu kamu bebas nasruddin . ”
beberapa waktu kemudian timurleng mulai mengenakkan pajak yang sangat tinggi atas kota-kota dan desa-desa di turki. Karena mereka terdesak oleh keadaan ini semua tetangga nasruddin datang kerumahnya dan salah seorang diantara mereka berkata , “ nasruddin, kamu kan sudah berhasil bersahabat dengan timurleng, cobalah datang kepada maharaja itu dan mintalah agar beliau bisa mngurangi pajak yang dikenakan atas desa kita ini . “
nasruddin pergi ke tenda timurleng  dan maharaja itu berkata , “ selamat datang nasruddin, senang sekali aku bertemu kau lagi . “ setelah mereka berbincang-bincang beberapa lamanya, nasruddin berkata kepada timurleng, “ yang mulia, rakyat desa saya sangat miskin, maukah yang mulia mengurangi pajak yang dikenakan atas mereka ? “ setelah berfikir sejenak timurleng berkata kepada nasruddin,
“ baiklah, ambil gajah yang di ikat di luar tenda dan kemudian suruh penduduk desamu itu memberi makan gajahku dengan begitu mereka tidak usah membayar pajak . “
ketika nasruddin kembali ke desanya membawa gajah itu, seluruh peduduk desa itu merasa sangat senang dengan cara pembayaran pajak yang baru itu. Tetapi dalam waktu kira-kira lima belas hari, gajak itu telah memakan semua tanaman milik petani dan para petani itupun merasa bahwa gajah tersebut merupakan beban yang lebih berat dibandingkan dengan pajak yang harus mereka bayar sebelumnya, mereka sekali lagi datang kepada nasruddin.
“ Nasruddin, tolong kau kembalikan gajah ini kepada baginda timurleng, dan biarlah kami membayar pajak seperti yang diputuskan dulu itu. “ nasruddin berfikir sejenak mempertimbangkan masalah yang berbahaya ini dan kemudian dia usul agar seluruh penduduk desa itu pergi bersamanya menemui timurleng. Mereka semua menyetujui usul itu dan merekapun mengikuti nasruddin menuju ketenda  sang maharaja . namun, ketika nasruddin sudah dekat ke tenda, ia melihat ke sekeliling dan ternyata semua penduduk desa yang mengikutinya itu sudah kabur karena takut kepada sang maharaja . jadi, akhirnya dia harus sendian saja menghadapi timurleng. “ ada masalah apa nasruddin ..?”
“ hamba datang kemari untuk menyatakan bahwa gajah yang telah yang mulia berikan kepada kami ini merasa kesepian. Kami berharap agar baginda bisa memberikan kami seekor gajah betina untuk menemaninya. “ namun timurleng ternyata sudah diberi tahu ternyata penduduk desa yang kabur meninggalkan nasruddin, maka berkatalah ia kepadanya .
“ aku telah mengetahui apa yang diperbuat oleh orang-orang itu terhadapmu, nasruddin .seandainya mereka itu datang menemuiku, tentu permintaan mereka sudah aku kabulkan tetapi lantaran mereka menipumu aku akan menghukum mereka. Jadi, sekarang nasruddin kamu boleh pergi . “

beberapa kemudian ketika buah-buahan sudah ranum, nasruddin berkata kepada istrinya. “ ayo kita petik buah-buahan yang sudah masak untuk kita bawa kepada maharaja sebagai hadiah . “
mereka berdua pun pergi ke kebun dan mulai mengumpulkan buah ara. Tetapi istrinya segera mengatakan , ” nasruddin, lihat buah pir juga sudah masak . baiklah kita petik juga beberapa buah pir yang sudah masak sebagai hadiah sang maharaja. “
  jangan, “ jawabnya. “ Kamu petik saja yang aku suruh petik. Jadi, petik saja buah ara yang sudah masak. “ beberapa saat kemudian istrinya berkata lagi, “ lihat buah apel juga sudah masak. Barangkali sang maharaja juga suka buah apel . “
  jangan, sudah kubilang jangan , “ kata nasruddin. “ kamu petik saja apa yang sudah aku katakana tadi. Jadi, petik saja buah ara yang sudah masak. “
Demikianlah, keduanya mengisi keranjang mereka dengan buah ara yang sudah masak dan nasruddin pun membawanya ketenda timurleng lalu menaruhnya di depan tempat duduk sang maharaja. “
“ duduklah , nasruddin. “ kata timurleng sambil membuka keranjang. Maharajapun memungut sebutir buah ara dan melemparkannya ke wajah nasruddin. Kemudian ia mengambil sebutir lagi dan melemparkannya kewajah nasruddin. Kemudian satu demi satu ia mengambil semua buah ara yang ada di dalam keranjang , dan melemparkannya kewajah nasruddin. Setelah keranjang itu kosong sekali nasruddin memandang keatas dan berkata, “ terimakasih, tuhan. “
“ kenapa kau katakana itu..???” Tanya timurleng.
“ yang mulia, “ jawab nasruddin, “ seandainya tadi hamba memetik juga buah-buahan yang telah di usulkan istri hamba, tentu sekarang ini hamba tidak lagi memiliki kepala maupun mata. Hamba berterimakasih kepada tuhan , karena hamba telah menuruti jalan pikiran hamba sendiri, dan dengan demikian hanya memetik buah ara matang yang lunak sebagai hadiah bagi baginda. “








                                                                                               
Penerbit – lintas media jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar